Selasa, 15 Juli 2008

MATERI MIKROBIOLOGI-BAKTERIOLOGI

Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan karunia-Nyalah sehingga kami dapat menyusun makalah “Mikrobiologi” guna memenuhi tugas diskusi bersama dengan judul “Bakteriologi”. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa dapat mengembangkan pikiran dan menginterpretasikan hasil-hasil yang telah didapat.

Selanjutnya penulis tak lupa menyampaikan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, keluarga dan pengikut-pengikutnya hingga akhirun Zaman.

Pada kesempatan ini penulis juga tak lupa menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material. Dan khususnya kepada dosen mata kuliah Mikrobiologi atas nama dr. yuniarti arief, sehingga makalan ini dapat di selesaikan sebagaimana adanya.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar kelak makalah ini dapat lebih baik lagi.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua “Amin”

Bau-bau, 5 juni 2008

Penyusun


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….1

1.1. Latar belakang……...…………………………………………………………...1

1.2. Rumusan Masalah………………………………………………………………1

1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..2

2.1. Bakteri……………………………………………………………………………….2

2.2. Aktifitas patogenik………………………………………………………………….2

2.3. Infeksi dan kolonisasi……………………………………………………………...2

2.4. Menjelaskan Bakteri……………………………………………………………….3

2.5. Proses Infeksi………………………………………………………………………6

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………7

3.1. Kesimpulan…………………………………………………………………………7

3.2. Saran………………………………………………………………………………..7

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………8


BAB I

P E N D A H U L U A N

I.I. Latar Belakang

Perawat dari semua bidang praktik memberikan Asuhan keperawatan bagi para pasien yang beresiko terinfeksi dan mereka yang sudah terinfeksi. Satu dari sepuluh pasien yang di rawat di Rumah Sakit mungkin terjangkit infeksi dan pasien di berbagai keadaan lingkungan termasuk dirumah mereka sendiri, dapat mengalami infeksi. Selain masalah yang sudah ada sejak beberapa dekade, dan kemunculan kembali penyakit-penyakit misalnya Tuberkulosis, banyak penyakit baru seperti BSE (Bovine Spongiform Encephalopathy) dan HIV sekarang diketahui disebabkan oleh agens aktif.

Infeksi merupakan sisi kehidupan yang universal. Tumbuhan dan hewan dari segala ukuran dan deskripsi diduduki oleh berbagai mikroba hidup, demikian pula manusia tidak terkecuali. Penyakit menular itu terjadi karena interaksi antara hospes dan mikroba yang berlangsung secara kebetulan.

Oleh karena itu makalah tentang bakteriologi membahas tentang bakteri penyebab infeksi dan selain itu makalah ini akan menjadi pegangan kami guna mengetahui sebagian dari bakteri penyebab penyakit.

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah kita harus mengetahui proses terinfeksinya suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri.

I.3. Tujuan Penulisan

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah kita sebagai perawat nanti bisa mengetahui proses terinfeksinya suatu penyakit yang di sebabkan oleh bakteri sehingga kita bisa meminimalis terjadinya infeksi yang sering terjadi di Rumah Sakit maupun di lingkungan rumah kita sendiri.

BAB II

P E M B A H A S A N

BAKTERIOLOGI

2.I. BAKTERI

Bakteri hidup dimana-mana, sebagian besar adalah saprofit (organisme yang hidup dari bahan organik mati) yang terdapat ditanah dan air. Bakteri berperan penting menguraikan molekul organik kompleks dari hewan dan tumbuhan yang telah mati menjadi molekul-molekul organik sederhana. Molekul ini mengalami daur ulang selama metabolisme oleh organisme hidup.[1]

Bakteri adalah organisme bersel tunggal yang hidup bebas dan mampu memproduksi sendiri tetapi menggunakan hewan sebagai pejamu untuk menyuplai makanan. Bakteri tidak memiliki inti sel, bakteri terdiri dari sitoplasma yang dikelilingi oleh sebuah dinding sel yang kaku yang terbuat dari suatu zat khusus yang disebut peptidoglikan. Didalam sitoplasma terdapat materi genetik, baik DNA maupun RNA dan struktur intra sel yang diperlukan untuk metabolisme energi. Bakteri berproduksi secara aseksual melalui replikasi DNA dan pembelahan sel sederhana. Sebagian bakteri membentuk kapsul yang mengililingi dinding sel sehingga ia lebih tahan terhadap serangan system imun pejamu. Bakteri dapat bersifat aerob atau anaerob. Sebagian bakteri mengeluarkan toksin yang secara spesifik merusak pejamu.

Laboratorium sering mengklasifikasi bakteri sebagai gram negative/atau positif. Bakteri positif gram mengeluarkan toksin (eksotoksin) yang merusak sel-sel pejamu pada pewarnaan standar laboratorium, bakteri gam positif akan memberikan warna ungu. Bakteri gram positif mengandung protein didinding selnya yang merangsa respon peradangan (endotoksin). Bakteri gram negative berwarna merah pada pewarnaan merah pada pewarnaan laboratorium sekunder[2].

2.2. AKTIVITAS PATOGENIK

Sekitar 50 spesies bakteri bersifat patogenik (mampu menimbulkan penyakit). Virulensi – kemampuan menimbulkan infeksi – adalah suatu fenomena kompleks yang berkaitan dengan fisiologi pathogen dan pejamunya. Sebagian bakteri selalu bersifat sangat virulen. Sebagai contoh pemajanan pada yersima bakteri yang menyebabkan infnia pestis (yang menyebabkan pes) hampir selalu menimbulkan pes. Namun, sebagian bakteri, terutama yang menyebabkan infeksi di rumah sakit, memiliki patogenitas yang rendah. Bakteri ini menybabkan infeksi hanya pada orang yang keadaan imunnya menurun akibat penyakit, obat atau prosedur invasive yang mereka jalani (misalnya pembedahan, intubasi atau pemasangan selang intravena). Bakteri ini tidak menyerang jaringan sehat. Bakteri ini disebut oportunis.

2.3. INFEKSI DAN KOLONISASI

Infeksi terjadi saat pathogen memperoleh akses kejaringan pejamu dan memicu suatu respon. Infeksi pada luka ditunjukan oleh munculnya peradangan dan pus (nanah). Pasien mungkin mengalami demam (pireksia), dan usap/apusan luka akan memperlihatkan adanya sejumlah besar organisme penyebab.

Namun, respon terhadap pathogen mungkin ringan atau tidak ada, suatu situasi yang disebut sebagai kolonisasi. Luka yang terkolonisasi bebas dari peradangan dan apusat memperlihatkan sedikit pertumbuhan bakteri. Apabila terjadi kolonisasi, maka mungkin di jumpai beberapa spesies bakteri, yang pada laporan laboratorium sering disebut sebagai pertumbuhan bakteri campuran. Kolonisasi merupakan hal yang penting dari segi klinis karena organisme dapat berkembang biak dalam jumlah besar untuk membentuk suatu resevoar.


2.4. MENJELASKAN BAKTERI

Bakteri dapat dijelaskan berdasarkan :

  1. Morfologi (bentuk)
  2. Ultrastruktur
  3. Respon terhadap zat warna pada specimen mikroskopik
  4. Pembentukan spora
  5. Kebutuhan oksigen

1. Morfolgi (bentuk)

Ada empat bentuk morfologi bakteri yaitu :

  1. Kokus, berbentuk bulat. Apabila tersusun berpasangan mereka dikenal sebagai diplokokus. Contohnya adalah streptococcus pneumoniae (yang menyebabkan pneumonia) dan Neisseria gonorrhoeae (yang menyebabkan gonorea). Kokus yang berkelompok disebut stafilokokus, contohnya adalah staphylococcus aureus, suatu konstituen dari flora normal kulit, yang pada sebagian dari anggota populasi juga mampu berlaku sebagai pathogen luka, dan sthapylococcus epidermidis, suatu bakteri oportunistik yang mampu menimbulkan infeksi pada orang yang sakit berat, walaupun tidak pada orang sehat.
  2. Basil, (misalnya pseudomonas, klebsiela, proteus dan e, coli) memiliki bentuk batang, tersusun secara tunggal atau dalam rantai. Mereka terkenal karena kemampuannya menimbulkan infeksi dirumah sakit. Beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan, termasuk shigella dan salmonella, termasuk dalam kelompok ini.
  3. Vibrio, adalah bakteri melengkung. Contohnya adalah vibrio cholerae (menimbulkan kolera) dan campylobacter (penyebab keracunan makanan).
  4. Spirochaeta, adalah bakteri yang sangat kecil, lentur dan berbentuk spiral. Anggota tipikal dari kelompok ini antara lain adalah treponema pallidum (yang menimbulkan sifilis), leptospira interrogans (serotip icterohaemorrhagiae) (penyakit weil) yang di tularkan kemanusia melalui tikus yang terjangkit, dan Borrelia burgdorferi (penyakit lyme).

Semua bakteri bersifat unisel (bersel tunggal), tetapi bentuk dan ukurannya sangat beragam.

2. Ultrastruktur

Ultrastruktur sel bakteri berbeda dari ultrastuktur organisme multisel. Sel-sel pada organisme multisel bersifat eukariotik (yaitu mereka memiliki inti sel/nucleus sejati). Bahan genetiknya terbungkus dalam suatu membrane untuk membentuk inti sel tersebut. Juga terdapat banyak organel sitoplasma, dengan beberapa diantarnya terbungkus membran. Sebaliknya, bakteri bersifat prokariotik (tidak memiliki inti sel sejati dan membran inti). Kromosom yang mengandung bahan genetik (asam nukleat) terdapat didalam sitoplasma, demikian juga semua organel termasuk ribosom (tempat pembentukan protein) dan granula penyimpan. Mesosom, suatu lipatan kedalam dari membrane luar, merupakan tempat respirasi, analog dengan mitokondria pada sel eukariotik.

3. Reaksi Pewarnaan Gram

Dalam keadaan alami, bakteri tidak berwarna. Reaksi pewarnaan gram digunakan sebagai langkah pertama dalam identifikasi di laboratorium. Reaksi pewarnaan gram bermanfaat karena menandai perbedaan stuktur antara bakteri positif-gram dan negatif gram serta penunjukkan prilaku bakteri yang bersangkutan. Sebahagian perbedaan antara kedua kelompok dijelaskan oleh lebih resisten antibiotik.hanya sedikit spesies positit-Gram yang berflagel sehingga mereka kurang memiliki motilitas.

4. Pembentukan Spora

Di bawah keadaan yang tidak menguntungkan. Clostrodium dan Bacillus membentuk spora. Sel menjadi terbungkus oleh kapsul tebal protektif,dan metabolismenya melambat. Dalam keadaan menguntungkan,spor mengalami germinasi dan membebaskan bakteri. Spora sangat resisten terhadap panas dan desikasi dan dapat hidup dalam jangka waktu yang lama. Kemampuan membentuk spora yang dapat bertahan hidup dalam lingkungan yang kurang anthracis(yang menimbulkan antraks)dan Clostradium tetani(tetanus)dapat bertahan hidup dalam keadaan dorman selama bertahun- tahun,sert mampu menahan temperatur yang ekstrim dan pajanan desifektan yang akan menghancurkan sel vegetatif. Germinasi terjadi apabila kondisi kembali membaik untuk prertumbuhan dan reproduksi.

5. Kebutuhan Oksigen

Kebutuhan oksigen bakteri berbeda-beda :

  • Bakteri disebut sebagai aerob obligat apabila pertumbuhan mereka membutuhkan pasokan oksigen dari lingkungannya
  • Bakteri yang tidak dapat menoleransi adnya oksigen disebut anaerob obligat
  • Kelompok ketiga, aerob fakultatif, dapat tumbuh dengan atau tanpa oksigen.

2.5. PROSES INFEKSI

Agar dapat terjadi infeksi, pejamu yang retan harus bertemu dengan suatu mikro-organisme virulen. Pathogen yang bersangkutan harus menyelesaikan tahap-tahap berikut :

  • Memperoleh akses ke jaringan pejamu
  • Bergerak ke tempat yang menguntungkan
  • Berhasil bermultiplikasi walaupun pejamu melakukan perlawanan melalui mekanisme pertahanan
  • Berkembang biak sehingga terbentuk pathogen baru yang dapat keluar untuk menyebar sehingga daur hidup tuntas.

Contoh-contoh penyakit pada manusia yang disebabkan oleh bakteri adalah infeksi stafilokokus dan sterptokokus, gonore, sifilis, kolera, sampar, salmonelosis,sigelosis, demam, tifoid, penyakitlegionnaire, difteri, haemophilus influenzae, pertusis, tetanus dan penyakit lyme. Suatu subset bakteri yang sulit diterapi adalah mikrobakteri. Mikroorganisme golongan ini merupakan penyebab penyakit Tuberkolosis dan lepra[3].

Pneumonia didefinisikan sebagai penyakit infeksi saluran pernapasan bawah, yang melibatkan parenkim paru-paru, termasuk alveoli termasuk struktur pendukungnya. Pneumonia merupakan penyebab kematian rangking ke empat dikalangan pasien usia diatas 65[4].

Mengingat adanya perubahan adanya pathogen yang menyebabkan pneumonia dan pola resistesi antimicrobial, maka perawat harus ingat akan akan klasifikasi berikut ini[5] :

1. Comunnity-acquire pneumonia, dimulai sebagai penyakit pernapasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia streptokokus merupakan organisme penyebab umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangna anak-anak atau kalangan orang tua.

2. Hospital-acquire pneumonia, dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti aeruginosa pseudomonas, klebsiella, atau aureus stapilokokus, merupakan bakteri umum penyebab Hospital-acquire pneumonia.

3. Lobar dan bronchopneumonia dikatagorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi, sekarang ini, pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.

4. Pneumonia Viral, Bakterial dan Fungal dikatagorikan berdasarkan pada agen penyebabnya. Kultur spuntum dan sensivitas dilakukan untuk mengindentifikasi organisme perusak.

Ogenous dalam diri

Etiologi pneumonia disebabkan oleh virus pathogen yang masuk kedalam tubuh melalui aspirasi, inhalasi atau penyebaran sirkulasi. Pneumonia terutama disebabkan oleh bakteri. Pneumonia inhalasi disebarkan melalui droplet batuk dan bersin. Pneumonia bisa disebabkan oleh penyebaran hemat Ogenous dalam diri pasien yang mengidap septisemia. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh agen bacterial atau agen fungal.

Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organisme menular harus mampu melekat, mendududki atau memasuki


BAB III

P E N U T U P

3.1. KESIMPULAN

Kita ketahui bersama bahwa mikrobiologi adalah ilmu tentang mikro-organisme-organisme hidup yang terlalu kecil untuk dapat diperiksa tanpa bantuan mikroskop. Dimana mikro-organisme itu terdiri dari bakteri, virus, jamur, protozoa dan beberapa kelompok minor lain (mikroplasma, riketsia dan klamidia). Mikro-organisme tersebut merupakan penyebab infeksi.

Syarat timbulnya infeksi adalah bahwa organisme menular harus mampu melekat, mendududki atau memasuki hospes dan berkembang biak paling tidak sampai taraf tertentu. Karena itu tidaklah mengherankan, bila dalam perjalanan evolusi spesies hewan termasuk manusia, sudah mengembangkan mekanisme pertahanan tertentu pada berbagai tempat yang berhubungan dengan lingkungannya[6].

3.2. SARAN

Kita sebagai perawat nantinya harus memahami dampak dari tindakan kita dalam kaitannya dengan kenyataan bahwa mikro-organisme ada dimana-mana dan cepat beradaptasi serta dampak peran malpraktek misalnya pemakaian antibiotik yang berlebihan terhadap keamanan pasien, perawat harus dapat menerapkan strategi yang terbaik dalam mengantisipasinya. Dan selain itu, perawat juga perlu mengetahui bahaya infeksi terhadap diri mereka sendiri karna bisa terjadi infeksi silang.

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Gould dan Chiristine Brooker, 2003. Mikrobiologi Terapan untuk Perawat. Jakarta : EGC

Price Wilson. 1994. patofisiologi : konsep klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Elizabeth J. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Charlene J. reeves, Gayle Roux dan Robin Lockhart. 2001. Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba Medikal.



[1]. Dinas Gould dan chiristine Brooker. 2003. Mikrobiologi terapan untuk perawat

[2]. Elizabeth J. Corwin. 2000. Buku Saku Patofisiolog. Jakarta:EGC

[3] Elizabeth J. Crowin. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

[4] Charlene J. Reeves, gayle Roux, Robin Lockhart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : Salemba Mediak.

[5] Charlene J. Reeves, gayle Roux, Robin Lockhart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Jakarta : Salemba Mediaka.

[6]. Price Wilson. 1994. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC